Review Film The Roundup: Punishment. Satu tahun setengah setelah tayang perdana di Festival Film Berlin 2024, “The Roundup: Punishment” masih jadi film aksi Korea yang paling sering bikin orang bilang “ini baru beneran monster cop”. Dirilis secara luas April 2024 sebagai bagian keempat dari seri yang sama, karya Heo Myeong-haeng ini langsung pecah rekor dengan lebih dari 11 juta penonton di Korea Selatan, mengalahkan sekuel sebelumnya dan jadi salah satu film terlaris tahun itu. Durasi 109 menit ini bawa kembali Ma Dong-seok sebagai Detektif Ma Seok-do, yang kali ini lawan bos judi online sadis sambil janji balas dendam ke ibu korban. Hingga akhir 2025, film ini tetap jadi pilihan utama buat yang pengen aksi brutal dicampur humor kasar, meski kritik bilang ini lebih formulaik daripada inovatif. BERITA BOLA
Plot yang Langsung ke Inti: Review Film The Roundup: Punishment
Ma Seok-do pindah ke tim investigasi cyber setelah kasus sebelumnya, tapi langsung kena tugas baru: selidiki pembunuhan brutal terkait situs judi online ilegal bernama “Hiper”. Korban utama adalah pemuda yang dipaksa bunuh diri, dan Ma janji ke ibunya yang sekarat: pelaku pasti dihukum. Jejak bawa ke Baek Chang-ki (Kim Mu-yeol), mantan tentara bayaran yang sekarang bos operasi judi, plus CEO jenius IT yang bikin situs tak terlacak.
Aliansi tak biasa terbentuk: Ma rekrut mantan tentara musuhnya untuk infiltrasi, sementara tim cyber yang biasanya duduk di depan komputer kini ikut ke lapangan. Plotnya simpel – kejar buronan, gebuk anak buah, ungkap konspirasi – tapi eksekusinya cepat, dengan twist soal pengkhianat internal yang bikin ketegangan naik tanpa bertele-tele. Klimaks di markas rahasia jadi puncaknya, di mana Ma tunjukkan kenapa dia disebut monster.
Penampilan Aktor yang Solid: Review Film The Roundup: Punishment
Ma Dong-seok tetap jadi bintang utama – pukulannya lebih matang, ekspresinya campur marah dan santai, bikin tiap adegan konfrontasi terasa pribadi. Kim Mu-yeol sebagai Baek Chang-ki curi perhatian: villain dingin yang tak cuma jahat, tapi punya backstory tentara yang bikin penonton paham motivasinya tanpa simpati berlebih. Park Ji-hwan dan Lee Dong-hwi sebagai tim pendukung tambah komedi yang pas – ribut soal strategi sambil makan mie instan, seperti detektif biasa yang kaget kena kasus besar.
Pendukung lain seperti Kim Sung-kyu sebagai bawahan Baek lengkapi dinamika, tapi Ma Dong-seok yang bikin semuanya nyambung. Chemistry tim ini lebih kuat daripada sekuel sebelumnya, terutama saat Ma ajarin rekan cyber cara “bicara” pakai tinju.
Aksi dan Humor yang Seimbang
Aksi di sini naik level: dari gebuk massal di gudang judi, duel pisau di hotel mewah, sampai klimaks di kontainer yang bikin penonton pegang kursi. Koreografi Heo Myeong-haeng – yang dulu cuma koreografer di seri ini – fokus pada pukulan nyata dan kamera dekat, tanpa CGI berlebih, bikin tiap hantaman terasa sakit. Humor datang dari one-liner Ma seperti “saya janji ke ibu korban, jadi maaf ya” sebelum gebuk orang, plus momen absurd seperti tim cyber kaget lihat Ma hancurkan pintu.
Sinematografi malam Seoul yang neon dan basah tambah nuansa gelap, sementara soundtrack hip-hop pas buat drop aksi. Meski tak sefancy Hollywood, semuanya terasa gritty dan menghibur.
Kesimpulan
“The Roundup: Punishment” adalah sekuel yang tahu kekuatannya: aksi brutal, humor kasar, dan Ma Dong-seok yang tak tergantikan. Satu tahun setengah kemudian di akhir 2025, kekurangan seperti plot predictable dan dialog kadang cheesy tak bisa sembunyikan fakta bahwa ini film paling fun di seri ini. Bukan yang paling dalam, tapi pasti yang paling bikin adrenalin naik. Kalau kamu fans Ma Dong-seok, ini wajib; kalau baru kenal, mulai dari sini juga oke – langsung paham kenapa dia disebut monster. Pada akhirnya, film ini bilang: hukuman terbaik adalah yang datang dari janji hati, dan satu tinju Ma Seok-do sudah cukup buat itu.